Senin, 06 Januari 2014

Kemampuan Internal (Intelegensi)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran. Semoga tugas yang kami buat dapat berguna dalam dunia pendidikan. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Akhirnya kami berharap agar tugas ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan kita dalam materi Teori Belajar dan Pembelajaran.




Medan, 20 November 2013

Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….... 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................................  2
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................................................  3
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................  3
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................................  3
1.3 Tujuan .............................................................................................................................  3        
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................................  4
A. Pengertian Intelegensi ......................................................................................................  4
B. Ciri-ciri Perbuatan Intelegensi........................................................................................... 4
C. Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi............................................................................ 5
D. Hubungan Intelgensi Dengan Kehidupan seseorang …………………………………… 7
E. Teori Intelegensi ...............................................................................................................  8
BAB III
PENUTUP  ..........................................................................................................................  11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................  12




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan. Intelegensi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, keberhasilan, dan kesuksesan. Namun tingkat intelegensi yang dimiliki setiap orang pastilah berbeda. Ini dikarenakan bahwa intelegensi seseorang memang tergantung pada faktor-faktor yang membentuk intelegensi itu sendiri.
Namun perlu ditekankan bahwa intelegensi itu bukanlah IQ di mana kita sering salah tafsirkan. Sebenarnya intelegensi itu menurut “Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.Jika intelegensi bukanlah IQ, lalu apakah intelegensi, ciri-ciri apa yang menandai bahwa perbuatan kita adalah perbuatan intelegensi, apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan bagaimana pengaruhnya pada kehidupan seseorang ? permasalahan ini akan penulis bahas secara lugas pada bab berikutnya.
B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Intelegensi?
2.      Apa Ciri-ciri perbuatan Intelegensi?
3.      Faktor apakah yang mempengaruhi Intelegensi?
4.      Apa saja Teori Intelegensi?
5.      Bagaimanakah hubungan Intelegensi dengan kehidupan seseorang?
C. Tujuan
1.      Mengetahui pengertian intelegensi dan ciri-cirinya serta teori-teorinya.
2.      Mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Intelegensi seseorang.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence. Intelligence sendiri adalah terjemahan dari bahasa Latin intellectus dan intelligentiae. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati.
Intelegensi atau kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Donald Stener, seorang Psikolog menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Tingkat intelegensi dapat diukur dengan kecepatan memecahkan masalah-masalah tersebut. Intelegensi secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu. Sedangkan menurut Claparde dan Stern intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.
B. Ciri-ciri Perbuatan Intelegensi
Suatu perbuatan dapat dianggap intelegen bila memenuhi beberapa syarat, antara lain:
  1. Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan.
  2. Perbuatan intelegen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis.
  3. Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.
  4. Keterangan pemecahan masalahnya harus dapat diterima oleh masyarakat.
  5. Perbuatan intelegen bercirikan kecepatan, cepat tanggap dan tangkas.
  6. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang dihadapi.
Contoh perbuatan yang menyangkut intelejensi: jika seseorang mengamati taman bunga, ini adalah persepsi. Tetapi kalau ia mengamati bunga-bunga yang sejenis atau mulai menghitung, menganalisa, membandingkan dari berbagai macam bunga yang ada dalam taman tersebut, maka perbuatannya sudah merupakan perbuatan yang berintelegensi.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Hal ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan yang menekankan pada bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan pandangan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebgai berikut :
1. Pengaruh Faktor Bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ).
2. Pengaruh Faktor Lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
3. Stabilitas Intelegensi Dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan organik otak.

4. Pengaruh Faktor Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
5. Pengaruh Faktor Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
6. Minat Dan Pembawaan yang Khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
7. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.


D. Hubungan Intelegensi dengan Kehidupan Seseorang

            Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa intelegensi ialah kemampuan umum mental individu yang nampak dalam caranya bertindak atau berbuat dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan tugas yang taraf kualitas kemampuannya diukur dengan kecepatan, ketepatan dan keberhasilan dalam pelaksanaannya.
Dalam kenyataan sebenarnya sulit untuk menentukan korelasi antara intelegensi seseorang dengan kehidupannya. Memang kecerdasan atau intelegensi seseorang memainkan peran yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks. Intelegensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang, banyak lagi faktor yang lain.
            Faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan tidak dapat kita abaikan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelegensinya tinggi dapat gagal dalam berusaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas tapi tak ada kesempatan mengembangkan dirinya dapat gagal pula. Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak orang-orang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan karena misalnya kekuranganmampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat, atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi sehingga tidak atau kurang adanya untuk mencapainya.
            Sebaliknya ada pula yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja, tetapi dapat maju dan mendapat kehidupan lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan todak banyak faktor-faktor yang mengganggu atau merintanginya. Akan tetapi intelegensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan bekembang, meskipun orng gigih dan tekun dalam usahanya.
            Sebagai kesimpulan dapat kita katakan kecerdasan atau intelegensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai dimana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
            Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang. Dari hasil-hasil  penyelidikan ahli antropologi dan psikologi juga masih disangsikan adanya korelasi yang tetap.
E. Teori Intelegensi
Azwar (2004) menguraikan secara ringkas mengenai teori-teori intelegensi, antara lain:
A. Alfred Binet                                
Alfred Binet termasuk salah satu ahli psikologi yang mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum.
Menurut Binet, intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan intelegensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu criteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup intelegen atau tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila perlu. Inilah yang dimaksud dengan komponen arah, adaptasi dan kritik dalam definisi intelegensi.
B. Thurstone (dalam Heru Basuki, 2005)
Thurstone berpendapat bahwa intelegensi terdiri dari faktor yang jamak (multiple factors), mencakup tujuh kemampuan mental utama (primary mental abilities), yaitu:
1)Pemahaman verbal (verbal comprehension)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes kosakata, termasuk sinonim dan lawan kata, dan testes kemampuan menyimak bacaan.

2)Kecepatan verbal (verbal fluency)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut menghasilkan kata-kata secara cepat dan tepat, misalnya dalam waktu yang singkat mampu menghasilkan sebanyak mungkin kata yang berawal dengan huruf d.
3) Bilangan (number)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui pemecahan masalahmasalah aritmatika. Dalam tes ini sangat ditekankan tidak hanya masalah-masalah perhitungan dan pemikiran, tetapi juga penguasaan atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
4)Visualisasi spasial (spatial visualization)
Kemampuan ini biasanya diukur dengan tes-tes yang menuntut manipulasi mental atas simbolsimbol atau bangun-bangun geometris.
5) Ingatan (memory)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes mengingat kembali kata-kata atau kalimat yang dihafal dari gambar-gambar yang disertai keterangan gambar (katakata)
6) Pemikiran (reasoning)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui te-tes analogi-analogi (misalnya: pengacara, klien, dokter, …, dan lain-lain), atau rangkaian huruf atau angka untuk diselesaikan (2, 4, 7, 11, …, …, …, …)
7) Kecepatan persepsi (perceptual speed)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut pengenalan simbol secara cepat, misalnya kecepatan menyilang atau memberi tanda pada huruf f yang terdapat dalam deretan huruf-huruf.

C. Raymond Bernard Cattell
Dalam teorinya mengenai organisasi mental, Cattell mengklasifikasikan kemampuan menjadi dua macam, yaitu:
1) Intelegensi Fluid (gf), yang merupakan faktor bawaan biologis.
Sangat penting artinya untuk melakukan tugas yang menuntut kemampuan adaptasi pada situasisituasi baru. Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun.
2) Intelegensi Crystallized (gc), yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan kebudayaan dalam diri seseorang atau dengan kata lain merupakan endapan pengalaman yang terjadi sewaktu intelegensi fluid bercampur dengan pengalaman. Intelegensi crystallized ini akan meningkat kadarnya seiring dengan meningkatnya pengalaman dan masih terus dapat berkembang sampai usia 30 sampai 40 tahun.




BAB III
PENUTUP
Meskipun terdapat berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan intelegensi, namun pada dasarnya sama, yaitu intelegensi merupakan kekuatan yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan kecerdasan atau intelegensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai dimana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.




DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, M.Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004.
Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1996.
Suyanto, Agus. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara. 2004
Wahab, Muhbib Abdul, Abdul Rahman Saleh. Psikologi Suatu Pengantar Prespektif Islam. Jakarta : Prenada Media. 2004.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar