KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar. Tugas ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran. Semoga tugas yang kami buat
dapat berguna dalam dunia pendidikan. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan tugas ini.
Akhirnya kami berharap
agar tugas ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan kita
dalam materi Teori Belajar dan Pembelajaran.
Medan,
20 November 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………………….... 1
DAFTAR
ISI ....................................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang
Masalah ................................................................................................. 3
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 3
BAB II
PEMBAHASAN
................................................................................................................. 4
A. Pengertian
Intelegensi ...................................................................................................... 4
B. Ciri-ciri Perbuatan
Intelegensi...........................................................................................
4
C. Faktor yang
Mempengaruhi Intelegensi............................................................................
5
D. Hubungan Intelgensi
Dengan Kehidupan seseorang …………………………………… 7
E. Teori Intelegensi ............................................................................................................... 8
BAB III
PENUTUP .......................................................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Intelegensi
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan. Intelegensi ini sangat
erat kaitannya dengan kehidupan manusia, keberhasilan, dan kesuksesan. Namun
tingkat intelegensi yang dimiliki setiap orang pastilah berbeda. Ini
dikarenakan bahwa intelegensi seseorang memang tergantung pada faktor-faktor
yang membentuk intelegensi itu sendiri.
Namun perlu
ditekankan bahwa intelegensi itu bukanlah IQ di mana kita sering salah
tafsirkan. Sebenarnya intelegensi itu menurut “Claparde dan Stern” adalah
kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi
baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui
tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
intelegensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita
perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.Jika intelegensi
bukanlah IQ, lalu apakah intelegensi, ciri-ciri apa yang menandai bahwa
perbuatan kita adalah perbuatan intelegensi, apa sajakah faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dan bagaimana pengaruhnya pada kehidupan seseorang ?
permasalahan ini akan penulis bahas secara lugas pada bab berikutnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Intelegensi?
2. Apa
Ciri-ciri perbuatan Intelegensi?
3. Faktor
apakah yang mempengaruhi Intelegensi?
4. Apa
saja Teori Intelegensi?
5. Bagaimanakah
hubungan Intelegensi dengan kehidupan seseorang?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian intelegensi dan ciri-cirinya serta teori-teorinya.
2. Mengetahui
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Intelegensi seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Intelegensi
Intelegensi
berasal dari bahasa Inggris Intelligence. Intelligence sendiri adalah
terjemahan dari bahasa Latin intellectus dan intelligentiae.
Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones
Pol tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai
suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia
tunggal pengetahuan sejati.
Intelegensi
atau kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Donald Stener,
seorang Psikolog menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan
pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Tingkat
intelegensi dapat diukur dengan kecepatan memecahkan masalah-masalah tersebut.
Intelegensi secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan
dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu.
Sedangkan menurut Claparde dan Stern intelegensi adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.
B. Ciri-ciri Perbuatan Intelegensi
Suatu perbuatan dapat dianggap
intelegen bila memenuhi beberapa syarat, antara lain:
- Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan
masalah yang baru bagi yang bersangkutan.
- Perbuatan intelegen sifatnya serasi tujuan dan
ekonomis.
- Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu
tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.
- Keterangan pemecahan masalahnya harus dapat
diterima oleh masyarakat.
- Perbuatan intelegen bercirikan kecepatan, cepat
tanggap dan tangkas.
- Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan
perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang dihadapi.
Contoh
perbuatan yang menyangkut intelejensi: jika seseorang mengamati taman bunga,
ini adalah persepsi. Tetapi kalau ia mengamati bunga-bunga yang sejenis atau
mulai menghitung, menganalisa, membandingkan dari berbagai macam bunga yang ada
dalam taman tersebut, maka perbuatannya sudah merupakan perbuatan yang
berintelegensi.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Intelegensi
Seperti yang
telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang
berbeda. Hal ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan yang menekankan
pada bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar
(pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan pandangan tersebut
dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebgai berikut
:
1. Pengaruh Faktor Bawaan
Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (
+ 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak
saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua
angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ).
2. Pengaruh Faktor Lingkungan
Perkembangan
anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan
antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian
makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting
selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan
juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai
keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
3. Stabilitas Intelegensi Dan IQ
Intelegensi
bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan
individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang
notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas
inyelegensi tergantung perkembangan organik otak.
4. Pengaruh Faktor Kematangan
Tiap organ
dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik
maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya.
5. Pengaruh Faktor Pembentukan
Pembentukan
ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi.
6. Minat Dan Pembawaan yang Khas
Minat
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan
itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
7. Kebebasan
Kebebasan
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga
bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor
tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau
tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu
faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi
turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.
D. Hubungan Intelegensi dengan
Kehidupan Seseorang
Sebagaimana
telah diuraikan diatas bahwa intelegensi ialah kemampuan umum mental individu
yang nampak dalam caranya bertindak atau berbuat dalam memecahkan masalah atau
dalam melaksanakan tugas yang taraf kualitas kemampuannya diukur dengan
kecepatan, ketepatan dan keberhasilan dalam pelaksanaannya.
Dalam kenyataan sebenarnya sulit untuk menentukan korelasi
antara intelegensi seseorang dengan kehidupannya. Memang kecerdasan atau
intelegensi seseorang memainkan peran yang penting dalam kehidupannya. Akan
tetapi kehidupan adalah sangat kompleks. Intelegensi bukan satu-satunya faktor
yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang, banyak lagi faktor yang
lain.
Faktor
kesehatan dan ada tidaknya kesempatan tidak dapat kita abaikan. Orang yang
sakit-sakitan saja meskipun intelegensinya tinggi dapat gagal dalam berusaha
mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas tapi
tak ada kesempatan mengembangkan dirinya dapat gagal pula. Juga watak (pribadi)
seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak orang-orang yang
sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat
kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan karena misalnya kekuranganmampuan
bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat, atau kurang memiliki
cita-cita yang tinggi sehingga tidak atau kurang adanya untuk mencapainya.
Sebaliknya
ada pula yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja, tetapi dapat
maju dan mendapat kehidupan lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan
todak banyak faktor-faktor yang mengganggu atau merintanginya. Akan tetapi
intelegensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan bekembang,
meskipun orng gigih dan tekun dalam usahanya.
Sebagai
kesimpulan dapat kita katakan kecerdasan atau intelegensi seseorang memberi
kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya.
Sampai dimana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada
kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
Jelaslah
sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi
dengan tingkat kehidupan seseorang. Dari hasil-hasil penyelidikan ahli
antropologi dan psikologi juga masih disangsikan adanya korelasi yang tetap.
E. Teori Intelegensi
Azwar (2004) menguraikan secara
ringkas mengenai teori-teori intelegensi, antara lain:
A. Alfred Binet
Alfred
Binet termasuk salah satu ahli psikologi yang mengatakan bahwa intelegensi
bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor
umum.
Menurut
Binet, intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus
berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan
intelegensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain
untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu
criteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup intelegen atau
tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan
dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila perlu. Inilah yang
dimaksud dengan komponen arah, adaptasi dan kritik dalam definisi intelegensi.
B. Thurstone
(dalam Heru Basuki, 2005)
Thurstone
berpendapat bahwa intelegensi terdiri dari faktor yang jamak (multiple
factors), mencakup tujuh kemampuan mental utama (primary mental
abilities), yaitu:
1)Pemahaman
verbal (verbal comprehension)
Kemampuan
ini biasanya diukur melalui tes-tes kosakata, termasuk sinonim dan lawan kata,
dan testes kemampuan menyimak bacaan.
2)Kecepatan
verbal (verbal fluency)
Kemampuan
ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut menghasilkan kata-kata secara
cepat dan tepat, misalnya dalam waktu yang singkat mampu menghasilkan sebanyak
mungkin kata yang berawal dengan huruf d.
3)
Bilangan (number)
Kemampuan
ini biasanya diukur melalui pemecahan masalahmasalah aritmatika. Dalam tes ini
sangat ditekankan tidak hanya masalah-masalah perhitungan dan pemikiran, tetapi
juga penguasaan atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
4)Visualisasi
spasial (spatial visualization)
Kemampuan
ini biasanya diukur dengan tes-tes yang menuntut manipulasi mental atas
simbolsimbol atau bangun-bangun geometris.
5)
Ingatan (memory)
Kemampuan
ini biasanya diukur melalui tes mengingat kembali kata-kata atau kalimat yang
dihafal dari gambar-gambar yang disertai keterangan gambar (katakata)
6)
Pemikiran (reasoning)
Kemampuan
ini biasanya diukur melalui te-tes analogi-analogi (misalnya: pengacara, klien,
dokter, …, dan lain-lain), atau rangkaian huruf atau angka untuk diselesaikan
(2, 4, 7, 11, …, …, …, …)
7)
Kecepatan persepsi (perceptual speed)
Kemampuan
ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut pengenalan simbol secara
cepat, misalnya kecepatan menyilang atau memberi tanda pada huruf f yang
terdapat dalam deretan huruf-huruf.
C. Raymond
Bernard Cattell
Dalam
teorinya mengenai organisasi mental, Cattell mengklasifikasikan kemampuan
menjadi dua macam, yaitu:
1)
Intelegensi Fluid (gf), yang merupakan faktor bawaan biologis.
Sangat
penting artinya untuk melakukan tugas yang menuntut kemampuan adaptasi pada
situasisituasi baru. Intelegensi fluid cenderung tidak berubah
setelah usia 14 atau 15 tahun.
2)
Intelegensi Crystallized (gc), yang merefleksikan
adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan kebudayaan dalam diri seseorang atau
dengan kata lain merupakan endapan pengalaman yang terjadi sewaktu
intelegensi fluid bercampur dengan pengalaman. Intelegensi crystallized
ini akan meningkat kadarnya seiring dengan meningkatnya pengalaman dan
masih terus dapat berkembang sampai usia 30 sampai 40 tahun.
BAB III
PENUTUP
Meskipun terdapat berbagai pendapat
para ahli dalam mendefinisikan intelegensi, namun pada dasarnya sama, yaitu
intelegensi merupakan kekuatan yang dapat melengkapi akal pikiran manusia
dengan gagasan abstrak yang universal untuk dijadikan sumber tunggal
pengetahuan sejati. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan kecerdasan atau
intelegensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang
tertentu dalam kehidupannya. Sampai dimana kemungkinan tadi dapat
direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan
yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Purwanto, M.Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2004.
Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1996.
Suyanto, Agus. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara. 2004
Wahab, Muhbib Abdul, Abdul Rahman Saleh. Psikologi Suatu Pengantar
Prespektif Islam. Jakarta : Prenada Media. 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar